Manusia Daring dan Luring

Pemulung Rasa

Era sekarang ini, perkembangan zaman makin cepat dan pesat dalam banyak hal. Perkembangan teknologi dan internet hari ini membuat manusia menjadi lebih mudah dalam menjalani kehidupan. Terlebih saat ini banyak kegiatan yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan gawai.

Adanya gawai, pekerjaan rumah menjadi kian mudah dilakoni, seperti halnya ketika ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari, kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bermodal jempol untuk memilih barang yang dibutuhkan atau disukai dan ketersediaan saldo di rekening atau aplikasi, barang yang telah dipilih akan diantarkan oleh jasa pengiriman barang sampai di rumah.  

Perkembangan teknologi pun kebermanfaatannya berdampak pada dunia komunikasi. Dalam waktu satu detik, saat ini bisa mengirim pesan atau bertukar kabar dengan saudara yang berada di seberang pulau, bahkan di negeri tetangga sekalipun. Tidak usah menunggu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mendengar suara pintu rumah diketuk oleh petugas kantor pos dan menyodorkan amplop berisi surat. 

Sila baca di ruang Pulungan Pemulung Rasa:

Adanya perkembangan teknologi informasi yang berbagai macam jenisnya seperti saat ini memang sangat membantu kehidupan manusia. Terlebih semua itu bisa kita nikmati, lakukan, di mana pun tempatnya sesuai kemauan diri kita untuk mengoperasikannya dengan alat yang bisa dikantongi dan dibawa ke mana-mana. Semuanya menjadi lebih mudah.

Namun di sisi lain kemudahan tersebut juga berdampak pada kehidupan manusia dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Tidak heran jika sering kali kita menemui dua jenis manusia, yakni spesies makhluk sosial dan spesies makhluk media sosial. 

Spesies makhluk media sosial yakni manusia yang (agak) melupakan dunia sosial yang nyata di depan mata namun dominasi hidupnya lebih kepada dunia sosial yang berada di dalam genggamannya. Manusia yang ketika berada di dalam perkumpulan namun lebih memilih asik sendiri dengan dunia gawainya. Sehingga ruang kemesraan, kebersamaan, dan obrolan-obrolan bersama orang-orang yang sedang berada di dalam perkumpulannya pun terabaikan.

Banyak orang ketika sedang berkumpul menebar senyum namun bukan tersenyum untuk salah seorang atau semua orang di dalam perkumpulan tersebut, melainkan tersenyum dengan orang lain yang sedang berada di dunia lain, dunia maya maupun dunia pergawaiannya. Dalam ruang seperti itu, kenyamanan hati, perasaan dan pikiran menjadi kurang diutamakan. Hal tersebut jika dilakukan secara terus menerus akan berdampak pada disharmoni pertemanan.

Sedangkan spesies makhluk sosial yakni manusia yang masih memperjuangkan dan melaksanakan hakikatnya menjadi manusia yang manusia. Dalam menjalani hidupnya untuk bersosial masih konsisten dengan dominasi hubungan sosial langsung atau sering dikenal dengan sebutan luring. Meskipun orang tersebut memanfaatkan dunia daring namun bisa menempatkan diri dan lebih mementingkan kehidupan sosial dengan orang yang berada di hadapannya.

Pada dasarnya hubungan langsung akan berbeda dengan hubungan yang hanya sebatas daring atau online. Hubungan langsung atau komunikasi fisik akan menjadikan orang satu dengan orang yang lainnya memiliki kedalaman dalam hubungan, baik secara individu maupun komunitas. Kedalaman hubungan ini tidak bisa ditandingi oleh hubungan komunikasi virtual, meskipun tidak dalam waktu yang dekat dan cepat sebab membutuhkan proses. 

Secara emosional kedua jenis komunikasi ini memiliki perbedaan. Jika manusia berhubungan secara luring maka manusia akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi. Aturan sopan santun dalam bertutur sangat diperhatikan. 

Selain itu, emosi dalam berbicara harus benar-benar dijaga dan diperhatikan. Sebab dalam berkomunikasi harus bisa membuat nyaman mitra tuturnya, di samping tersampaikannya pesan yang dikomunikasikan. Hal tersebut berlaku dalam komunikasi personal maupun di dalam sebuah forum atau komunitas.

Perkembangan teknologi informasi banyak menawarkan ruang-ruang komunikasi baik secara personal maupun komunitas dengan adanya media sosial.  Di media sosial facebook, semua orang bisa memanfaatkan ruang tersebut untuk berkomunikasi dengan orang lain yang menjadi pengguna media tersebut, baik secara personal maupun komunitas.

Tak heran jika hari ini kita sering menjumpai berbagai macam komunitas di media sosial. Sebab kadang memang suatu komunitas dimulai dari dunia daring. Namun suatu komunitas pun tidak akan mampu berkembang apabila sebatas lewat dunia daring dan tidak melangsungkannya dalam dunia luring. Sebab dalam dunia daring kedekatan setiap orang secara emosional tidak bisa terjamin kedalamannya.

Banyak sekali dijumpai orang yang sangat cakap dalam dunia daring namun tidak memiliki kecakapan di dunia luring. Kepercayaan diri dan kepribadian orang pun tidak bisa dilihat atau dinilai seperti apa yang ditunjukkan dalam dunia daring. Sebab dalam kedua dunia tersebut memang sudah sangat berbeda.

Dalam kehidupan di era sekarang ini, sadar tidak sadar manusia sudah diserap dan banyak yang kecanduan dengan dunia daring. Banyak yang beranggapan bahwa dunia daring atau dunia maya jauh lebih menarik daripada apa yang terjadi di sekelilingnya. Hal tersebut karena mereka lebih sering melihat apa yang berada di dalam gawainya, namun bukan pada apa yang ada di sekelilingnya.

Di sisi lain ketika manusia sudah kecanduan tingkat akut dengan dunia daring, maka manusia akan lupa jika ia memiliki tubuh. Tak heran jika kehilangan kemampuan menggunakan alat indra dan kemampuannya menikmati apa yang ada di sekeliling. Sadar tidak sadar dengan adanya alat komunikasi yang makin banyak ini manusia telah jauh dari tubuhnya sendiri.

Sebagai manusia alangkah lebih baiknya jika ingat bahwa dirinya adalah manusia. Bukan berarti bahwa kita ini manusia lantas tidak belajar menjadi manusia. Manusia harus terus belajar menjadi manusia agar mengetahui hakikat dari manusia. Sehingga dalam kehidupan bisa menjadi manusia yang sebenarnya dan bisa memanusiakan manusia.

Manusia yang ingat bahwa dirinya memiliki tubuh dan membutuhkan interaksi sosial dengan manusia lainnya secara langsung. Sebagai manusia harus mengingat bahwa kita hidup di dunia nyata bukan di dunia maya. 

Walaupun memiliki seribu akun dunia maya namun jangan melupakan dunia nyata. Sebab engkau adalah makhluk sosial yang masih membutuhkan orang lain yang bisa dirasakan kehadirannya secara nyata di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. 

[Tulisan ini dimuat di Qureta 6 Januari 2020. Sila bisa pinarak diakun Qureta Pemulung Rasa]

Post a Comment